ROUNDTABLE2
Ritual, Kepercayaan, Spiritual, dan Seni

Dalam berbagai budaya dan tradisi, ritual, kepercayaan, roh, dan seni memiliki keterkaitan yang mendalam. Ritual sering kali dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan terhadap kepercayaan dan roh yang diyakini dapat membawa kesejahteraan atau perubahan dalam kehidupan manusia. Seni, dengan berbagai bentuk ekspresinya, sering kali menjadi medium untuk menyampaikan pengalaman spiritual, simbolisme, dan makna yang lebih dalam dari suatu ritual.
Diskusi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang hubungan antara ritual, kepercayaan, roh, dan seni dalam konteks budaya, sosial, serta spiritual. Dengan memahami dimensi-dimensi ini, peserta diharapkan dapat memperkaya wawasan mengenai bagaimana elemen-elemen tersebut saling berinteraksi dalam kehidupan manusia dan budaya mereka.

Speaker: Lawe Samagaha, Zun Ei Phyu, Suhendi
Facilitator: Maho Watanabe
Interpreter: Margareta Marisa

[Ikhtisar]
Waktu dan Tanggal : 16 Januari 2025 / 19.30 - 21.00 (2F)
Lokasi : Cianjur Creative Center

Lawe Samagaha

Adalah seorang Komposer dan Pembuat Instrumen musik baru, tinggal di Bogor, mendirikan kelompok musik Kumpulan Bunyi Sunya, lawe banyak memberikan workshop musik juga kerap terlibat di penciptaan musik teater dan tari. Aktifitas nya banyak terlibat di kegiatan masyarakat adat. Telah berpartisipasi dalam banyak festival diantara nya, Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, Bali, Donaueschinger Musiktage di Jerman (2004), Iwp Pakistan (2006), Wdf Malaysia dan Taiwan (2008), Kadans Festival di Belgia and Belanda (2009), Next Trace Singapore (2015), Music Mistic Fest Turki (2015), ICF Azerbaijan (2018).Residensi Seeking Tuan Guru Cape Town (2023), Reconecting Heritage Cape Town (2024)

Zun Ei Phyu

Zun Ei adalah seorang dokter sekaligus seniman multidisiplin. Ketertarikan utamanya berpusat pada karya seni partisipatif publik dan proyek seni berbasis komunitas. Tema utama dari karyanya mencakup isu-isu sosial dan ekologi yang berkaitan dengan anak-anak serta lansia. Di tengah berbagai krisis di negaranya dan dunia, karya-karyanya terlibat dalam upaya perdamaian, keadilan, dan pemulihan psikososial menuju ketahanan. Karya seninya tidak hanya dikoleksi secara lokal tetapi juga di tingkat internasional.
Dia telah terlibat dalam berbagai proyek seni internasional dan bekerja dengan komunitas yang beragam di seluruh Asia Tenggara dan beberapa negara Eropa. Saat ini, ia adalah seorang fellow di Mekong Cultural Hub.

Suhendi

Suhendi yang dikenal dengan panggilan Abah Suhe, menyelesaikan pendidikannya S1 di Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Pernah aktif di P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) Jakarta, INCReS (Institute for Culture and Religion Studies) Bandung. Kegiatan spiritual mengikuti Laku PATANJALA (Patan Aliran Jala Sungai), sebuah kegiatan menyusuri sungai dari hulu ke muara sungai untuk menetapkan tata wilayah Hutan Larangan, Hutan Lindung Hutan produksi. Selain itu juga mengikuti Tata Lampah, yakni tata kelola sumber daya alam yang bisa menjamin manusia dan margasatwa bisa lestari dan Harmoni. Terakhir, Ia mengikuti Tata Wayah: menjaga gerak hidup yang selaras dengan gerak alam. Sekarang Suhendi memilih jalan hidup sebagai Community Organiser (CO) sebagai pendiri dan pengasuh Saung Sangsanglamaya dan kuncen kuburan warga Pataruman Cianjur.